Sloka
Sarasamuccaya, 19
Yasa notkramati matir dharmamrganusarini,
Tamahuh punyakarmani na cocye miyra bandhavaih
Hana pwa wwang tan linggar apageh buddhinya,
Ar tutaken kadamelaning dharmasadhana,ya ikang
Wwang bhagyamanta ling sang pandita, tan
Kalarekena dening kadang mitranya, yad yan
Manakacana panapana mangatitawita tuwi.
artinya:
adalah yang
tidak bimbang,bahkan budinya tetap teguh untuk mengikuti jalan pelaksanaan
dharma,orang itulah sangat bahagia,kata orang yang berilmu,tidak akn
menyebabkan kaum kekerabatan handai tauladan bersedih hati,meski ya sampai
berkelana meminta-minta sedekah untuk menyambunn hidup.
Melihat penomena
dimasyarakat seperti sekarang ini pemuda hindu sekarang lebih cendrung
hedodisme dan westernisasi sehingga mereka lupa dengan ajaran-ajaran dharma
dalam kitab suci dan swadarmanya sebagai anak. Jika melihat sloka
sarascamusccaya daitas pemuda hendaknya memiliki sifat tidak bimbang bahkan
hatinya tetap teguh untuk mengikuti atau melaksanakan dharma dan berilmu
pengetahuan sehingga ia menjadiorang yang bahagia.
Dalam
persepektif hindu banyak sekarang anak-anak hinduyang tidak memahami ajaran
agama hindu.Pemuda Hindu harus lebih
memahami ajaran tuhan, bahwa Tuhan itu satu seperti yang sudah dijelaskan dalam
Weda “Ekam sat wiprah bahuda bawanti” yang artinya bahwa tuhan itu satu tapi
banyak orang arif bijaksana menyebut
dengan banyak nama. Namun masih ad pemuda hindu masih belum begitu jelas
mengenainajaran tersebut. Pemuda Hindu juga kurang memahami mengenai
ajran-ajaran suci Weda, misalnya Tri Kaya Parisuda yaitu berpikir yang baik (Manaacika),
berbicara yang baik (Wacika), berbuat/ pebuatan yang baik (Kayika). Dengan kita
menjalankan ajaran Tri Kaya Parisuda maka kita sudah menjalankan dharma. Selain
itu pemuda Hindu juga harus mengerti Tri Hita Karana yang artinya hubungan segi
tiga yang menyebabkan kebahagian di dunia seperti hubungan harmoni antara
manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis manusia dengan manusia, dan hubungan
harmonis manusia dengan alam. Seperti
Tat tvam asi yang artinya aku adalah kamu, maksud dari tat tvam asi tyersebut
kita sebagai pemuda hendaknya menghormati dan menghargai sesama manusia,
seperti sloka Wasdaiva Kutumbakan yang sesungguhnya kita hidup di dunia ini
semua adalah bersaudra. Banyak konflik yang terjadi, baik di bali maupun di
daerah lain yang terus menekan umat hindu. Misionaris tak henti-hentinya
memberikan doktrin,” jangan salahkan mereka”, belum juga kejadian yang menimpa
saudara kita di Lampung.
Mengingat
semakin maraknya terjadi konflik baik adat maupun Agama, membuat umat kita khususnya pemuda, semakin tenggelam oleh
konflik yang kian terjadi, seperti konflik adat di Bali yang merebutkan hal-hal
yang tak patut diperebutkan seperti; perebutan keburan, hal ini sering membuat
kita malu dan sering dicibir oleh orang lain. konflik yang menimpa saudara kita
di Lampung yang bermula dari hal-hal yang sepele, serta dilakukan oleh pemuda
yang hanya dalam klompok kecil, oleh pemuda brutal dan emosi yang tak
terkendali, menyebabkan konflik semakin besar, bahkan meluas sampai antar
kampung bahkan sampai etnis dan Agama. Ironisnya aparat pemerintah dan
kepolisian seolah-olah tidak tahu, membiarkan begitu saja.
Toleransi antar
umat beragama di Indonesia telah mencapai titi mengkhawatirkan.”Intoleransi
beragama kian hari makin meningkat,” peningkatan ini diakibatkan semakin
meluasnya penyebaran kebencian atas dasar agama
dikalangan masyarakat. Menempatkan kaum minoritas sebagai musuh,kelompok
minoritas menjadi bulan-bulanan aksi tak toerans,intimidasi, perusakan, dan kekerasan.
Begitu banyaknya
konfli-konflik terjadi, apakah kita sebagai pemuda hindu harus berdiam diri ?
atau hanya sebagai penonton ?, tidak.! Sudah selayaknya pemuda hindu menempatkan
diri paling terdepan dalam kehidupan beragama, sesuai dengan apa yang
terkandung dalam ajaran Tri Kaya Parisuda dan Tri Hita Karana, sehingga
kedepan Hindu bisa menjadi Agama yang dihormati dan dihargai. Tidak
dicap sebagai Agama penuh dengan mistik, melainkan sebagai Agama cintai damai dan Agama satu Tuhan, tapi orang bijak
menyebut dengan banyak nama. Bukan agama mistik atau Agama penyembah setan.